SELAMAT DATANG DI LAMAN PARSADAAN MARGA MANDAILING

Keududukan marga Rangkuti di Mandailing

Marga Rangkuti dan marga Pulungan di antara marga-marga yang lain yang mempunyai kerjaan di Mandailing, maka yang pertama sekali mempunyai kerajaan di Mandailing diantara kedua marga itu adalah marga Pulungan dan satu generasi kemudian barulah marga Rangkuti.
Pulungan mendiririkan kerajaan di Hutabargot dan Kerajaan Rangkuti di Runding kedua-dua kerajaan itu berdekatan dan berhadap-hadapan di seberang Batanggadis sebelah barat Panyabungan.

Selengkapnya......

Makam Datu Janggut Leluhur Marga Rangkuti Terlupakan

Wilayah kerajaan yang didiami marga Rangkuti ini cukup luas, mencakup huta-huta (kampung-kampung) di Mandailing Jae (Mandailing Godang), Batang Natal dan Mandailing Julu. Salah satu huta di Mandailing Godang adalah Hutalobu atau yang sekarang disebut Aek Marian, yang merupakan tanah kelahiran Ayah saya. Di sinilah terdapat makam salah seorang leluhur marga Rangkuti yaitu, Datu Janggut Marpayung Aji, yang merupakan generasi keempat dari keturunan Sutan Pane, yang bersaudara dengan Sutan Parapat.
 

Selengkapnya......

Datu Janggut Marpayung Aji Dengan Puterinya di Huta Lobu (Aek Marian)

Alkisah, pada zaman dahulu hiduplah seorang Raja yang arif dan bijaksana yang memiliki kesaktian mandraguna yang tiada tanding di seluruh mandailing. Ia tinggal di Desa Hutalobu atau yang sekarang kita kenal dengan Desa Aekmarian, di tepi Siantona kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal. Raja ini memiliki seekor harimau yang di jadikan sebagai tunggangannya kemanapun ia pergi. Tetapi walau pun ia sakti ia tetapi tidak sombong, konon cerita itulah sebabnya ia digelar sebagai Datu Janggut Marpayung Aji.

Selengkapnya......

Marga Rangkuti bukan marga dari tanah batak

Mandailing adalah suku tersendiri dan bukan suku batak. Pada tahun 1922-1926 terjadi perdebatan di Medan tentang hak orang muslim yang mengaku sebagai Batak untuk dikuburkan di tanah wakaf Mandailing di Sungai Mati, Medan. Mahkamah Syariah Deli memutuskan hanya orang Mandailing yang berhak dikuburkan pada tanah wakaf tersebut. Peristiwa ini dianggap sebagai salah satu pengukuhan terhadap perbedaan identitas orang Mandailing dan Batak.

Selengkapnya......

Menikah Dalam Semarga Rangkuti, Apakah diperbolehkan?

konon dahulu perkawinan satu marga itu di Mandailing adalah suatu hal yang dipantangkan/tabu dan sebagian sekarang juga masih ada sebagian yang tidak membolehkan satu marga menikah dengan alasan satu marga berarti bersaudara"Kandung", dan bila ini terjadi akan diasingkan dan disingkirkan dari kampung tersebu.t sampai bisa juga marganya itu dicabut dan tidak diizinkan untuk memakai Marga tersebut (embargo Marga). Tp sekarang memang sudah tidak begitu diperhatikan oleh generasi penerus mungkin karena pengaruh wawasan dan tingkat pendidikan yang suadah modern serta agama jg sebenarnya tidak melarang. Dan sudah sewajarnyalah kita mendahulukan apa yang seharus diajarkan agama Islam dan apabila tidak dilarang agama tesebut maka kitapun tidak sungkan-sungkan melakukannya alias boleh dilakukukan, namun kalau misalnya adat istiadat tidak sejalan dengan agama sudah seharusnya kita tidak melakukannya. Yang paling peting adalah mengutamakan agama dulu baru yang lainnya.

Selengkapnya......

Perkembangan Rangkuti dulu Bukan Hanya di Mandailing


Kembali pada perkembangan marga-marga Rangkuti ini. Selain daripada ke Hutalobu (Aekmarian)dan sekitarnya, ke Batang Natal dan Sekitarnya, ada lagi saspar Ompuan (saompu-senenek) manombak banua (mendirikan kerajaan) ke Pagur, ke Sirangkap, Rao-rao Panjaringan dan kedaerah Sipirok yaitu ke Lancat-Sipirok; berpindah-pindah sekitar 210 tahun yang silam (dari tahun 2012) tatkala tejadi perang Padri dalam rangka masuknya agama Islam di Indonesia, ada pula pindah ke Malaya (Malaysia sekarang), misalnya ke daerah Kelang, Johor dan Negeri Sembilan. Teapi perpindahan ke Malaysia dari Mandailing ini bukan saja karena berlatar belakang agama, jga karena perkembangan ilmu pencak silat mereka ada yang pindah ke Malaysia untuk mengajar pancak silat.

Selengkapnya......

Munculnya marga Parinduri dari perkembangan Rangkuti

Munculnya marga Parinduri dari perkembangan Rangkuti
Parinduri ini ada selompok marga Rangkuti yang pindah dari Runding pergi ke hulu Aek Singolot yang berhulu kedolok Sorik Marapi, air sungainya adalah air berlerang. Setelah mereka berada disana, pekerjaan mereka adalah membuat kapur dari langkitang (siput). Cara membuat kapur ini dibakar dan dikipas dengan penampi, dalam bahasa daerah Mandailing mengkipas api tadi supaya tetap menyala disebutkan “mamatpat” kemudian kemudian kapur sirih itu dinamakan “soda” maka disebutkanlah mamatpat soda. Justeru karena mamatpat soda itu dengan induri (bahasa Indonesianya penampi), oleh sebab itulah mereka dinamakan “par-induri” dan sebutan mereka parinduri itu menjadi marga mereka yaitu Parinduri.

Selengkapnya......

Munculnya marga Mardia dari perkembangan Rangkuti


Adapun marga Rangkuti, berkembang selain secara individual, juga berkembang memakai marga lain:
  1. Mardia
  2. Parinduri
Kedua-duanya tetap mengakui mereka berasal dari Rangkuti sebagai marga Induk. Kenapakah terjadi hal demikian? Hal itu disebabkan sesuatu yang bertalian dengan keadaan mereka sendiri. Ingat timbulnya nama yang dinamakan sesuatu sebagaimana diuraikan dalam permulaan tulisan ini.  Setelah lahirnya marga Nasution yang berasal dari SIBAROAR-Sutan Diaru pada generasi ke-V dari kalangan mereka tampillah seorang yang bernama Shang yang Dipertuan Raja Siantar berarti setelah XI generasi sesudah Rangkuti dan Marga Pulungan di Mandailing. Tatkala Shang yang Dipertuan Hutasiantarlah dijemput secara adat  seorang marga Rangkuti ke Runding untuk memegang adat yang dinamakan “SUHU” artinya yang memegang tali-paruntunnya Adat di Hutasiantar, Biasanya Suhu itu dari barisan Mora (Hula-hula) dan Benar bahwa Rangkuti adalah Mora Nasution.

Selengkapnya......

Hubungan marga keturunan Rangkuti dengan Babiat (Harimau)

Pada tahun 1956, disalah satu tempat di Tapanuli Selatan bernama Kampung Barumun atau Sibuhuan, kebetulan pada saat itu H.A.K. Pulungan akan pergi ke satu kampung, bernama Pagaran Dolok, Letaknya dekat Hanopan Barumun harus melalui suatu hutan dimana ditengah hutan ada kebun rambung, kebetulan H.A.K. Pulungan  dan kawannya berjalan malam dan kebun rambung tersebut terletak antara Lantong dengan Hanopan, Disitulah babiat itu mengamuk karena kena tembak tetapi tidak mati. Sewaktu H.A.K. Pulungan  dan kawannyahendak bearangkat robongan H.A.K. Pulungan  dan kawan robongan penulis mendengar cerita dari Kapala Kampung Lantong bernama Haris, bahwa tidak mungkin kita ke Pagaran Dolok, sebab babiat kena tembak sedang mengamuk sekarang , demikian Kepala Kampung tadi . H.A.K. Pulungan  teringat pada petuah tentang hariamu itu , maka ditanyakanlah kepada Kepala Kampung, apakah ada ditempat ini bermarga Rangkuti. Kepala kampung menjawab tidak ada, Lantas H.A.K. Pulungan  menanyakan lagi kalau tidak ada marga Rangkuti adakah disini marga Mardia atau Parinduri ? Kapala Kampung mengatakan ada seorang yang bermarga Parinduri disini tetapi beliau adalah seorang Khalifah, lantas H.A.K. Pulungan  mengatakan kepada Kepala Kampung tadi, supaya kiranya Khalifah tadi diundang dulu kemari, H.A.K. Pulungan  berbicara dengan Beliau. Pendek kata dijemputlah Khalifah itu, setelah beliau berada dihadapan H.A.K. Pulungan maka dengan segala penghormatan dan dengan tutur kata yang sopan, H.A.K. Pulungan mengharapkan kepada beliau, supaya belau berkenan menyertai robongan H.A.K. Pulungan yang akan pergi ke Pgaran Dolok karena ada Babiat yang sedang mengamuk di Kebun Rambung. Mendengar tawaran dan permohonan H.A.K. Pulungan itu lantan beliau termenung sejenak, lantas berkata pada H.A.K. Pulungan katanya..... yang tajamlah pengetahuan bapak dan maksud bapak itu, demikian Khalifah Parinduri tadi itupun tidaklah janggal lagi, “marilah kita sama pergi dan biarlah saya di depan untuk membawakan rombongan bapak”, Kata beliau.

Selengkapnya......

Raja Parapat Nenek Moyang Rangkuti yang medirikan kerajaan di Runding

Marilah kita tinggalkan tentang  penuturan tentang penuturan Rangkuti sebagaimana diuraikan dihalaman muka, pertama sekali Huta (Kampung) dan Kerajaan Rnagkuti di Mandailing ialah Runding. Dan menurut Pustaka (Perpustakaan) Rangkuti sendiri sebagaimana terdapat dalam catatan alm. Sutan Soripada Mulia seorang Mandailing Turunan Rangkuti yang pertama intelek menjadi guru H.I.S dan Mulai di zaman Penjajahan Belanda. Bahwa mendirikan Huta Runding itu bernama Raja Parapat.
Pembuktian ini masih dapat diliha di Runding, dimana setelah Raja Parapat pendiri Runding ini meninggal dunia beliau dikebumikan di Tor Sihite disuatu puncak kecil hingga sekarang dinamakan Tor Parapat sebagai catatan dan ingatan kepada Raja Parapat. Permulaan marga Rangkuti inipun adalah Raja Parapat, dan beliaulah yang mewariskan harimau kepada turunannya.

Selengkapnya......

Rangkuti Tergolong Turunan Borbor Marsada

Dikatakan Borbor Marsada Karena banyaknya turunan Si Raja Borbor, Maka penduduk Tapanuli Selatan dalam bentuk sekarang pada umumnya mayorita turunan Borbor, baik yang berada di Mandailing seperti Pulungan – Lubis – Matondang, temasuk Rangkuti, maupun di Angkola – Sipirok – Padang Lawas dan sekitarnya, seperti marga-marga Harahap- Daulay dan lain-lain sebagainya, dimana marga Harahap di Tapanuli Selatan termasuk besar hingga mereka 16 kerajaan.

Selengkapnya......

HUTA DAN KERAJAAN RANGKUTI

HUTA DAN KERAJAAN  RANGKUTI
Berawal huta dan keajaan marga Rangkuti, ialah di Runding dan Runding ini terletak di seberang  sungai terbesar di Mandailing bernama Batang Gadis dan Kerjaan Runding itu berhadap-hadapan dengan kerajaan marga Pulungan di Huta Bargot.
Waktu itu tatkala Panyabungan semasih hutan belantara tempat bersarangnya upar dan ular, tempat dan arena terkamannya babiat-baleum yang maninggal, tak ada imbangan Kerjaan Pulungan di Huta Bargot dan tat kala itu pulalah kerajaan Rangkuti di Runding, maka termasuk Runding termasuk salah satu Huta dan Kerajaan tertua di Mandailing, kira-kira pertengahan abad XI.
Baru pada pertengahan abad – XIV ada sekelompok ekspedisi Singosari datang dari Minangkabau, yang menaklukkan Kerajaan di Hulu Kutu Kampar ialah Aditiawarman. Setelah Kerajaan Hulu Kutu Kampar ini ditaklukkannya kemudian ia mendirikan Kerajaan disana yang dipusatkan di Sungai Dareh, Ibu negeri Kerajaan tadi dipindahkanlah kedekat batu sangkar dan dinamakanlah Pagarruyung.

Selengkapnya......

3. Nama yang berlatar belakang dari kesan yang berpesan

Misalnya seorang anak demam-demam puyuh, diobatkan ke dokter dan ke dukun (datu) namun penyakitnya itu tidak sembuh-sembuh; terdengarlah kepada Namboru (Bunde atau Bibinya) bahwa sanya anak Ibotonya (Saudara lelakinya) sakit-sakitan, maka segralah ia masak nasi, mamboyom (memepes) udang dan incor, kemudian setelah masak lalu dibungkus  dan dibawanyalah nasi itu kerumah yang sakit tadi dan sesampainya di sana, dia tidak banyak bicara tapi terus langsun menuju amang- naposonya (Ayah mudanya) yang sakit itu lantas didudukkannya amang naposonya tadi, disuapkanyalah nasi dan udang pepes yang dibawanya itu, dimakan yang sakit ini sedikit demi sedikit dan lama-lama semakin kuat mungkin semakin terasa bagaimana pengaruh makanan tadi. rupanya dengan demikian hingga anak tadi mulailah lancar bicara, keringatnyapun keluar dan nampaknya semakin sehat.

Selengkapnya......

2. Nama/ penggelaran yang berlatar belakang sifat dan keadaan sendiri

Misalnya, di Mandailing, ada suatu kota bernama Panyabungan; penamaan Panyabungan ini justeru karena kira – kira abad ke –XI (Masehi), Silangkitang dan Sibahitang dua anak kembar yang menjadi asal- usul marga Lubis di Mandailing, mengadu ayam di Panyabungan dengan penduduk yang mendirikan panyabungan itu yaitu Hulubalang Ampar Menanti. Karena sejarah menadu ayam itulah maka dinamakan Panyabungan. Sebab, mengadu ayam, dalam bahasa daerah Mandailing menyabung manuk. Maka sampai sekarang  namanya tetap Panyabungan.

Selengkapnya......

1. Nama yang berlatar belakang dari sejarahnya.

Seorang yang bernama Mangaraja Porkas, Sedangkan Porkas artinya ialah petir; apakah hubungan seseorang dengan Porkas? Sama sekali tidak ada, akan tetapi karena nama dan penggelaran Porkas itu adalah gelar daripada neneknya, maka cucunya mengambil gelar yang tadi, sejajar dengan hukum Adat, bahwa nama nenek jatuh kepada cucunya. Sebab antara nenek dan cucucunya dalam masyarakat pewarisan (patriachaat) disamakan sebagai orang berkahanggi (kakak-Beradik) justeru karenanyalah maka seorang nenek memenggil cucunya dengan panggilan “anggi” maknanya sama dengan adik dan cucunya memanggil neneknya dengan “Ompung” sama dengan nenek, atok (bahasa melayu).

Selengkapnya......

Asal Usul Rangkuti

ASAL USUL RANGKUTI
Nama yang dinamakan atas sesuatu, berlatar belakang atas tiga hal :
  1. Terjadi nama berlatar belakang dari sejarahnya.
  2. Kemudian nama ada yan berlatar belakang dari sifat dan keadaannya sendiri.
  3. Dan adapula yang berlatar belakang dengan pengaruh pesannya.

Selengkapnya......
 
MARGA RANGKUTI By Pena Kimia ||| Website Design By Abdurriadi Rangkuti, S. Pd © 2012