Marilah kita tinggalkan tentang penuturan tentang penuturan Rangkuti sebagaimana diuraikan dihalaman muka, pertama sekali Huta (Kampung) dan Kerajaan Rnagkuti di Mandailing ialah Runding. Dan menurut Pustaka (Perpustakaan) Rangkuti sendiri sebagaimana terdapat dalam catatan alm. Sutan Soripada Mulia seorang Mandailing Turunan Rangkuti yang pertama intelek menjadi guru H.I.S dan Mulai di zaman Penjajahan Belanda. Bahwa mendirikan Huta Runding itu bernama Raja Parapat.
Pembuktian ini masih dapat diliha di Runding, dimana setelah Raja Parapat pendiri Runding ini meninggal dunia beliau dikebumikan di Tor Sihite disuatu puncak kecil hingga sekarang dinamakan Tor Parapat sebagai catatan dan ingatan kepada Raja Parapat. Permulaan marga Rangkuti inipun adalah Raja Parapat, dan beliaulah yang mewariskan harimau kepada turunannya.Raja Parapat, selaku seorang Raja di Runding sangat ditakuti oleh setiap orang. Ketakutan orang dan masyarakat kepada beliau terutama sekali karena semua orang dan penduduk melihat bahwa beliau mempunyai piaraan Babiat (Harimau).
Semasa hidupnya Raja Parapat, tiap hari bangun pagi pada kala itu tarbkta (terbangun) Raja, beliau mandi di Danau Sitombol letaknya danau ini berhadapan dengan danau Sampuraga mamaila marina (malu beribu) yang durhaka pada ibunya dan danau Sitombol ini tidak jauh dari Batanggadis abtara kampung Pidoli dengan Danau Sitombol kurang lebih 18 KM maka dalam jarak sejauh itulah Raja Prapat mandi pagi setiap hari. Kalau sudah “terbakta Raja “ (bangun Raja) yaitu sekira jam 09.00 pagi, maka hatobannya (hamba sahayanya) mempersiapkan segala sesuatu untuk beliau, maka beliaupun memanggil babiatnya (harimaunya) datanglah harimau itu dengan menghormat pada beliau, penghormatan yang diberikan harimaunya itu dengan menjilat-jilat kaki beliau. Kemudian babiat itu menyediakan punggungnya/belakangnya untuk ditunggang Raja Parapat dan naiklah Raja Parapat, dan seterusnya dibawa babiatnya itulah beliau terus ke Danau Sitombol dan disanalah beliau mandi, sedangkan babiatnya menunggu beliau dengan khidmat sekali. Sesudah beliau telah selesai mandi, maka babiatnya pun ditunggangi beliau kembali lantas dibawalah beliau kembali ke Runding. Begitulah adanya maka dikatakan beliau sebagai seorang Raja yang ditakuti, karena Rajanya ditakuti maka rakyatnya juga ditakutisetiap orang pula; apabila datang seseorang dari Rundng lantas orang berkata ........, itu orang ditakuti.
Dengan asal kata “Orang Ditakuti” itulah berlanjut menjadi “Orangkuti”dan akhirnya menjadi “ Rangkuti”. Hal ini dapat diterima akal, misalnya Nurseha mengarang lagunya “Orang-Talu” hingga langgamnya kedengaran bukan orang-talu melainkan “Rangtalu” maka demikian pulalah halnya dengan ‘Orang ditakuti” menjadi “Rangkuti” yang kemudian akhirnya menjadi marga Rangkuti.
Tentang bagaimana jampinya untuk menjinakkan harimau itu, hanya Rangkutilah yang mengetahinya, itupun bukan semua, tetapi dalam satu generasi mesti ada yang tahu. Juga tentang bagaimana cara perawatannya ada ketenuan-ketentuan yang menjadi tatakramanya bagi Rangkuti.
Manakala terjadi pengamukan Babiat (Harimau) misal sampai menerkam manusia, itu adalah akibat persyaratan rawatnya yang tidak menurut semestinya sebagai yang diwasiatkan Raja Parapat.
Setiap marga Rangkuti, apabila meliahat bekas jejak Babiat (Harimau) mereks berkewajiban untuk membuat kandangnya (pagarnya) walau ranting kayu kecil sekalipun dan apabila ada harimau yang mati baik mati karena tua maupun mati karena ditembak, maka yang bermarga Rangkuti yang berada ditempat kejadian, haruslah membawa hidangan sirih yang dikatakan sekapur sirih lalu disuguhkan kemulutnya.
Pada umumnya kepada yang bermarga Rangkuti, Babiat (Harimau) tidak akan mau menghianatinya, misalnya kalau ada Babiat (Harimau) yang mengamuk karena ia tentembak akiabat diburu orang, boleh dicoba membawa seseorang marga Rangkuti berjalan di sekitar dimana Babiat (Harimau) yang mengamuk itu, mudah-mudahan kita akan selama tidak diganggunya.
0 comments:
Post a Comment